1. klien meminta asosiasi ke access point, langkah ini sama seperti Open System Authentication.
2. access
point mengirimkan text challenge ke klien secara transparan.
3. klien akan memberikan respon dengan
mengenkripsi text challenge dengan
menggunakan kunci WEP dan mengirimkan kembali ke access point.
4. access
point memberi respon atas tanggapan klien, akses point akan melakukan
decrypt terhadap respon enkripsi dari klien untuk melakukan verifikasi bahwa
text challenge dienkripsi dengan menggunakan WEP key yang sesuai. Pada proses
ini, access pointakan menentukan
apakah klien sudah memberikan kunci WEP yang sesuai. Apabila kunci WEP yang
diberikan oleh klien sudah benar, maka access
pointakan merespon positif dan langsung meng-authentikasi klien. Namun bila
kunci WEP yang dimasukkan klien adalah salah, maka access pointakan merespon negatif dan klien tidak akan diberi
authentikasi. Dengan demikian, klien tidak akan terauthentikasi dan tidak
terasosiasi.
Komunikasi Data via IEEE 802.11, Shared Key Authenticationdi anggap lebih
aman jika dibandingkan dengan Open System Authentication, akan tetapi pada kenyataannya
tidak demikian. Shared Key bahkan membuka pintu bagi penyusup atau cracker. Penting untuk dimengerti dua
jalan yang digunakan oleh WEP. WEP bisa digunakan untuk memverifikasi identitas
klien selama proses shared key dari
authentikasi, tapi juga bisa digunakan untuk men-dekripsi-kan data yang
dikirimkan oleh klien melalui access
point. Metode WEP memiliki berbagai kelemahan antara lain :
o
Masalah
kunci yang lemah, algoritma RC4 yang digunakan dapat dipecahkan.
o
WEP
menggunakan kunci yang bersifat statis
o
Masalah
initialization vector (IV) WEP
o
Masalah
integritas pesan Cyclic Redundancy Check (CRC-32)
WEP terdiri dari dua tingkatan, yakni kunci
64 bit, dan 128 bit. Sebenarnya kunci rahasia pada kunci WEP 64 bit hanya 40
bit, sedang 24bit merupakan Inisialisasi Vektor (IV). Demikian juga pada kunci
WEP 128 bit, kunci rahasia terdiri dari 104 bit. Berikut contoh model seranganpada
kelemahan WEP antara lain :
o
Serangan
terhadap kelemahan inisialisasi vektor (IV), sering disebut FMS attack. FMS
singkatan dari nama ketiga penemu kelemahan IV yakni Fluhrer, Mantin, dan
Shamir. Serangan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan IV yang lemah
sebanyak-banyaknya. Semakin banyak IV lemah yang diperoleh, semakin cepat
ditemukan kunci yang digunakan
o
Mendapatkan
IV yang unik melalui packet data yang diperoleh untuk diolah untuk proses
cracking kunci WEP dengan lebih cepat. Cara ini disebut chopping attack,
pertama kali ditemukan oleh h1kari.Teknik ini hanya membutuhkan IV yang unik
sehingga mengurangi kebutuhan IV yang lemah dalam melakukan cracking WEP.
o
Kedua
serangan diatas membutuhkan waktu dan packet yang cukup, untuk mempersingkat
waktu, para hacker biasanya melakukan traffic injection. Traffic Injection yang
sering dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan packet ARP kemudian mengirimkan
kembali ke access point. Hal ini
mengakibatkan pengumpulan initial vektor lebih mudah dan cepat. Berbeda dengan
serangan pertama dan kedua, untuk serangan traffic injection,diperlukan
spesifikasi alat dan aplikasi tertentu yang mulai jarang ditemui di toko-toko,
mulai dari chipset, versi firmware, dan versi driver serta tidak jarang harus
melakukan patching terhadap driver dan aplikasinya.
c. Keamanan wireless dengan metode WI-FI
Protected Access (WPA)
WPA merupakan teknologi keamanan sementara
yang diciptakan untuk menggantikan kunci WEP. Merupakan rahasia umum jika WEP (Wired Equivalent Privacy) tidak lagi
mampu diandalkan untuk menyediakan koneksi nirkabel (wireless) yang aman dari
serangan hackers. Tidak lama setelah proses pengembangan WEP, kerapuhan dalam
aspek kriptografi muncul. Berbagai macam penelitian mengenai WEP telah
dilakukan dan diperoleh kesimpulan bahwa walaupun sebuah jaringan nirkabel
terlindungi oleh WEP, pihak ketiga (hackers) masih dapat membobol masuk.
Seorang hacker yang memiliki perlengkapan wireless seadanya dan peralatan
software yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis cukup data, dapat
mengetahui kunci enkripsi yang digunakan. Menyikapi kelemahan yang dimiliki
oleh WEP, telah dikembangkan sebuah teknik pengamanan baru yang disebut sebagai
WPA (WiFI Protected Access).Teknik WPA adalah model yang kompatibel dengan
spesifikasi standar draf IEEE 802.11i.Teknik WPA dibentuk untuk menyediakan
pengembangan enkripsi data yang menjadi titik lemah WEP, serta menyediakan user
authentication yang tampaknya hilang pada pengembangan konsep WEP.Terdapat dua
jenis yakni WPA personal (WPA-PSK), dan WPA-RADIUS. Saat ini yang sudah dapat
di crack adalah WPA-PSK, yakni dengan metode brute force attack secara offline.
Brute force dengan menggunakan mencoba¬coba banyak kata dari suatu kamus.
Serangan ini akan berhasil jika passphrase yang yang digunakan wireless
tersebut memang terapat pada kamus kata yang digunakan si hacker. Untuk
mencegah adanya serangan terhadap keamanan wireless menggunakan WPA¬PSK,
gunakanlah passphrase yang cukup panjang (misal satu kalimat). Tools yang
sangat terkenal digunakan melakukan serangan ini adalah CoWPAtty
(http://www.churchofwifi.org/ ) dan aircrack (http://www.aircrack¬ng.org).
Tools ini memerlukan daftar kata atau wordlist, dapat di ambil
darihttp://wordlist.sourceforge.net/.Teknik WPA didesain menggantikan metode
keamanan WEP, yang menggunakan kunci keamanan statik, dengan menggunakan TKIP
(Temporal Key Integrity Protocol) yang mampu secara dinamis berubah setelah
10.000 paket data ditransmisikan. Protokol TKIP akan mengambil kunci utama
sebagai starting point yang kemudian secara reguler berubah sehingga tidak ada
kunci enkripsi yang digunakan dua kali. Background process secara otomatis
dilakukan tanpa diketahui oleh pengguna. Dengan melakukan regenerasi kunci
enkripsi kurang lebih setiap lima menit, jaringan WiFi yang menggunakan WPA
telah memperlambat kerja hackers yang mencoba melakukan cracking kunci
terdahulu. Walaupun menggunakan standar enkripsi 64 dan 128 bit, seperti yang
dimiliki teknologi WEP, TKIP membuat WPA menjadi lebih efektif sebagai sebuah
mekanisme enkripsi. Namun, masalah penurunan throughput seperti yang dikeluhkan
oleh para pengguna jaringan nirkabel seperti tidak menemui jawaban dari dokumen
standar yang dicari.Sebab, masalah yang berhubungan dengan throughput sangatlah
bergantung pada hardware yang dimiliki, secara lebih spesifik adalah chipset
yang digunakan. Anggapan saat ini, jika penurunan throughput terjadi pada
implementasi WEP, maka tingkat penurunan tersebut akan jauh lebih besar jika
WPA dan TKIP diimplementasikan walaupun beberapa produk mengklaim bahwa
penurunan throughput telah diatasi, tentunya dengan penggunaan chipset yang
lebih besar kemampuan dan kapasitasnya.Proses otentifikasi WPA menggunakan
802.1x dan EAP (Extensible Authentication Protocol).
Secara bersamaan, implementasi tersebut akan
menyediakan kerangka kerja yang kokoh pada proses otentifikasi pengguna.
Kerangka-kerja tersebut akan melakukan utilisasi sebuah server otentifikasi
terpusat, seperti RADIUS, untuk melakukan otentifikasi pengguna sebelum
bergabung ke jaringan nirkabel. Juga diberlakukan mutual authentification,
sehingga pengguna jaringan nirkabel tidak secara sengaja bergabung ke jaringan
lain yang mungkin akan mencuri identitas jaringannya.Mekanisme enkripsi AES
(Advanced Encryption Standard) tampaknya akan diadopsi WPA dengan mekanisme
otentifikasi pengguna. Namun, AES sepertinya belum perlu karena TKIP
diprediksikan mampu menyediakan sebuah kerangka enkripsi yang sangat tangguh
walaupun belum diketahui untuk berapa lama ketangguhannya dapat bertahan.Bagi
para pengguna teknologi wireless, pertanyaannya bukanlah dititikberatkan pada
pemahaman bahwaWPAadalah lebih baik dari WEP, namun lebih kepada improvisasi
tepat guna yang mampu menyelesaikan masalah keamanan wireless saat ini. Di
kemudian hari, kita akan beranggapan pengguna adalah raja.
Apa yang dibutuhkan para pengguna teknologi
wireless adalah kemudahan menggunakan teknologi itu. Untuk dapat menggunakan
"kelebihan" yang dimiliki WPA, pengguna harus memiliki hardware dan
software yang kompatibel dengan standar tersebut. Dari sisi hardware, hal
tersebut berarti wireless access points
dan wireless NIC (Network Interface Card) yang digunakan harus mengenali
standar WPA. Sayang, sebagian produsen hardware tidak akan mendukung WPA
melalui firmware upgrade, sehingga pengguna seperti dipaksa membeli wireless
hardware baru untuk menggunakan WPA.Dari sisi software, belum ada sistem
operasi Windows yang mendukung WPA secara default.Komputer yang menggunakan
system operasi Windows dengan hardware kompatibel dengan standar WPA dapat
mengimplementasikannya setelah menginstalasi WPA client.WPA client baru dapat
bekerja pada sistem operasi Windows Server 2003 dan Windows XP.Bagi para
pengguna sistem operasi lainnya belum ditemukan informasi mengenai kemungkinan
mengimplementasikan WPA.Melakukan migrasi hardware dan implementasi WPA
merupakan sebuah pekerjaan yang sangat besar.Namun hal tersebut bukanlah
sesuatu yang harus dilakukan pada saat yang bersamaan. Wireless Access points dapat mendukung WPA dan
WEP secara bersamaan. Hal ini memungkinkan migrasi perlahan ke implementasi
WPA.Pada jaringan nirkabel yang membutuhkan tingkat sekuriti tingkat tinggi,
variasi sistem tambahan proprietari dibuat untuk menjadi standar transmisi
WiFi.Pada perkembangannya, beberapa produsen WiFi telah mengembangkan teknologi
enkripsi untuk mengakomodasi kebutuhan pengamanan jaringan nirkabel.
d. MAC Filtering
Hampir setiap nirkabel access point maupun AP difasilitasi dengan keamanan MAC Filtering.
Hal ini sebenarnya tidak banyak membantu dalam mengamankan komunikasi nirkabel,
karena MAC address sangat mudah dispoofing atau bahkan dirubah. Tools ifconfig
pada OS Linux/Unix atau beragam tools spt network utilitis, regedit, smac,
machange pada OS windows dengan mudah digunakan untuk spoofing atau mengganti
MAC address. Penulis masih sering menemukan wifi di perkantoran dan bahkan ISP
(yang biasanya digunakan oleh warnet¬warnet) yang hanya menggunakan proteksi
MAC Filtering. Dengan menggunakan aplikasi wardriving seperti kismet/kisMAC
atau aircrack tools, dapat diperoleh informasi MAC address tiap klien yang
sedang terhubung ke sebuah Access point.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, kita dapat terhubung ke Access point dengan mengubah MAC sesuai
dengan klien tadi.Pada jaringan nirkabel, duplikasi MAC adress tidak
mengakibatkan konflik.Hanya membutuhkan IP yang berbeda dengan klien yang tadi.
e. Captive Portal
Infrastruktur Captive Portal awalnya
didesign untuk keperluan komunitas yang memungkinkan semua orang dapat
terhubung (open network).Captive portal sebenarnya merupakan mesin AP atau
gateway yang memproteksi atau tidak mengizinkan adanya trafik hingga user
melakukan registrasi/otentikasi.
Berikut ini adalah cara kerja dari teknik
captive portal :
·
user
dengan nirkabel klien diizinkan untuk terhubung nirkabel untuk mendapatkan IP
address (DHCP)
·
block
semua trafik kecuali yang menuju ke captive portal (Registrasi/Otentikasi
berbasis web) yang terletak pada jaringan kabel.
·
redirect
atau belokkan semua trafik web ke captive portal
·
setelah
user melakukan registrasi atau login, izinkan atau buka akses ke jaringan
(internet)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, bahwa
captive portal hanya melakukan tracking koneksi klien berdasarkan IP dan MAC
address setelah melakukan otentikasi.Hal ini membuat captive portal masih
dimungkinkan digunakan tanpa otentikasi karena IP dan MAC adress dapat
dispoofing.Serangan dengan melakukan spoofing IP dan MAC. Spoofing MAC adress
seperti yang sudah dijelaskan pada bagian Mac Filtering diatas.Sedang untuk
spoofing IP, diperlukan usaha yang lebih yakni dengan memanfaatkan ARP cache
poisoning, kita dapat melakukan redirect trafik dari klien yang sudah terhubung
sebelumnya. Serangan lain yang cukup mudah dilakukan adalah menggunakan Rogue
AP, yaitu mensetup Access point
(biasanya menggunakan HostAP) yang menggunakan komponen informasi yang sama
seperti AP target seperti SSID, BSSID hingga kanal frekwensi yang digunakan.
Sehingga ketika ada klien yang akan terhubung ke AP buatan kita, dapat kita
membelokkan trafik ke AP sebenarnya. Tidak jarang captive portal yang dibangun
pada suatu hotspot memiliki kelemahan pada konfigurasi atau design jaringannya.
Misalnya, otentikasi masih menggunakan plain text (http), managemen jaringan
dapat diakses melalui nirkabel (berada pada satu network), dan masih banyak
lagi. Kelemahan lain dari captive portal adalah bahwa komunikasi data atau
trafik ketika sudah melakukan otentikasi (terhubung jaringan) akan dikirimkan
masih belum terenkripsi, sehingga dengan mudah dapat disadap oleh para hacker.
Untuk itu perlu berhati-hati melakukan koneksi pada jaringan hotspot, agar
mengusahakan menggunakan komunikasi protokol yang aman seperti https,pop3s,
ssh, imaps dst.
0 komentar:
Posting Komentar